Jemaah Haji Asal NTB tidur di masjid saat wukuf. Foto: istimewa 


Mataram (CatatanNTB.com) – Pelaksanaan ibadah haji telah usai dan lancar dilaksanakan oleh seluruh jamaah haji, dengan selesainya pelaksanaan wukuf di Arafah dan melempar jumrah di Mina. Namun disampaikan oleh jemaah haji Keloter 1 Kota Mataram, Haji Nursalim mengungkapkan pada pelaksanaan ibadah haji tahun 2024 ini. Banyak hal dasar yang harus menjadi perhatian panitia haji Embarkasi Lombok. Dalam memberikan dan memastikan pelayanan yang patut bagi jamaah.


“Alhamdulillah seluruh rangkaian pelaksanaan ibadah haji khususnya kloter 1 Kota mataram sudah selesai dilaksanakan, tentu kami sangat bersyukur kepada Allah SWT, telah dapat menyempurnakan rukun islam yang ke lima yaitu menunaikan ibadah haji, namun ada beberapa catatan yang harus menjadi perhatian pemerintah khususnya dari kementerian Agama RI,” ungkap salah satu jemaah haji Nursalim, Kamis, 20 Juni 2024.


Selaku jemaah haji, ujar Kepala Biro Organisasi Setda NTB ini, memberikan masukan pada Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia melalui Kemenag NTB, agar petugas kloter harus betul-betul memahami tugasnya dengan baik. Selain itu, pengaturan di tingkat teknis di lapangan dapat berjalan dengan baik.


“Misalnya mengatur pengisian tenda pemondokan di Armuzna, karena banyak jemaah yang tidak ada space tempat tidur khususnya pada pelaksanaan wukuf di Arafah dan lontar jumroh di Mina, kami banyak yang tidak ada tempat tidur bahkan kami tidur di masjid-masjid terdekat karena pengaturan tempat tidur yang tidak sesuai kapasitas antara ukuran tenda dengan jumlah jamaah yang ada,” ungkapnya .


Untuk itu, tambahnya ,dari aspek kebijakan ke depan agar pengaturan tempat tidur ini khususnya di Armuzna untuk dievaluasi. Selain itu untuk fasilitas kamar mandi/toilet jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah jemaah, sehingga antrean jadi panjang dan memprihatinkan bagi jemaah-jemaah khususnya yang lansia.


Jemaah juga mengeluhkan transportasi bus dari Mekkah ke Arafah, dari Muzdalifah ke Mina dan dari Mina balik ke Mekkah, para jamaah berebutan. Diakuinya, banyak jemaah tidak dapat tempat duduk dan berdiri padahal telah melaksanakan aktivitas ibadah yang banyak mengeluarkan energi. “Dan sebagai catatan berikutnya kurangnya koordinasi dan pengaturan jemaah terkait kapan pelaksanaan tawaf ifadoh dan tawaf wada, sehingga jemaah mandiri pergi-pergi sendiri jalan kaki atau menggunakan taksi dikarenakan juga belum beroperasinya kembali bus shalawat yang selama ini digunakan sebagai transportasi jemaah ke Masjidil Haram,” tambahnya.


Belum beroperasinya bus shalawat ini, lanjutnya, sangat mengkhawatirkan bagi jemaah lansia. Apalagi masih banyak jemaah yang masih awam dengan rute jalan dari hotel pemondokan ke Masjidil Haram yang jaraknya lumayan jauh sekitar 3 km.


Pihaknya mengharapkan ke depan dalam pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji untuk menjadi catatan dan perhatian pemerintah. Termasuk dalam penunjukan ketua kloter yang lebih paham kondisi lapangan dan kebutuhan para jemaah. “Yang penting memahami tugasnya karena ini akan sangat membantu mengurai permasalahan di lapangan,” ungkapnya.


Untuk tenaga kesehatan, pihaknya berterima kasih sudah diberikan pelayanan dan menangani permasalahan kesehatan jemaah dengan baik. Namun di masa mendatang stok obat-obayan untuk para jemaah yang harus ditingkatkan, terutama untuk penyakit-penyakit yang sering diderita di tanah suci seperti batuk, flu dan lain-lain. (Red/CN)